Cinta adalah sebuah
emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta merupakan
sifat baik yang mewarisi kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.
Perkawinan merupakan ikatan
sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan
kekerabatan. Perkawinan diresmikan dengan upacara pernikahan. Tujuan perkawinan
sendiri salah satunya adalah membentuk keluarga.
A. Memilih Pasangan
Memilih pasangan
hidup tak dapat dihindarkan dari usaha diri sendiri. Terlalu banyak tipe akan
berpeluang untuk menyulitkan diri kita sendiri. Beberapa orang menyatakan bahwa
kemapanan yang dinomor satu kan dalam memilih pasangan. Tapi, apa salahnya
apabila kita membantu pasangan yang kita pilih untuk mencapai kemapanannya?
Istilahnya, kita tak hanya langsung menikmati apa yang telah di dapatkan
pasangan kita. Namun, kita juga ikut merasakan bagaimana usahanya meraih sukses.
Selain itu, kita pun juga harus berusaha menjadi pribadi yang baik dengan
tujuan akan mendapatkan pendamping yang baik pula. Memilih pasangan hidup bukan
merupakan hal yang mudah. Masih banyak orang yang merasa tidak cocok ketika
akan memilih pasangan hidupnya. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang
yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang
pertama dan yang terakhir.
B. Hubungan dalam
Perkawinan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, merupakan seorang
psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach mengatakan
bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Perubahan dari
satu tahap ke tahap selanjutnya memang tidak terjadi secara mencolok dan tak
ada batasan waktu.
Tahap 1 :
Romantic Love. Saat ini adalah saat
Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di
saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan
kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap 2 :
Dissapointment or
Distress. Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa
marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari
pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha
untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan
orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang
sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Banyak pasangan di tahap ini
memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap 3 :
Knowledge and Awareness. Pasangan suami
istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri
pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana
kebahagiaan pernikahan itu terjadi.
Tahap 4 :
Transformation. Suami istri di tahap
ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Saat
itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan
ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap 5 :
Real Love. Suami dan istri
semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real
love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki
keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya
tanpa adanya usaha Anda berdua,” kata Dawn.
C. Penyesuaian dan
Pertumbuhan dalam Perkawinan
Hubungan yang diharapkan
dalam sebuah perkawinan tentu saja berupa hubungan yang erat dan hangat. Tapi
karena adanya perbedaan persepsi pada pasangan, hubungan mereka akan dilengkapi
oleh hal-hal yang dapat memicu konflik. Dengan kondisi yang terlalu banyak
menimbulkan konflik, disitulah kekuatan perkawinan di uji. Pada dasarnya, dalam
sebuah perkawinan sangat dibutuhkan penyesuaian diri yang baik adri diri
seseornag terhadap lingkungannya. Kita tidak dapat menuntut atau hanya menunggu
perubahan pada pasangan. Melainkan, diri kita pun harus turut beradaptasi
dengan adanya hubungan sakral ini.
Banyak yang bilang
pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan
cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan
akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D. Perceraian dan
Pernikahan Kembali
Mengulang pernikahan atau menikah kembali setelah
perceraian menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Mereka cenderung menjadi kurang percaya diri mereka dalam menjalani
perkawinan yang baru karena kegagalan di masa lampau yang membuat mereka
ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Namun di sisi lainnya,
orang-orang itupun harus berusaha untuk meninggalkan sifat yang memicu adanya
kesalahan yang sama dari masa lalunya demi memperjuangkan masa depan yang lebih
baik.
E. Alternatif selain
Pernikahan
Melajang menjadi salah
satu pilihan alternatif selain menikah. Seiring perkembangan jaman, perubahan
gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan
hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan
berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup
melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi
tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Alasan lainnya yang
paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah masih
ingin bebas bermain/bebas meniti karir. Banyak perusahaan lebih memilih
karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu.
Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
Hal ini juga menjadi alasan bagi seseorang tetap hidup melajang.
Daftar Pustaka:
·
Adhim, Mohammad Fauzil (2002), Indahnya Perkawinan Dini, Jakarta: Gema Insani
Pers
·
https://winaudina.wordpress.com/2014/06/19/tugas-ke-3-kesehatan-mental-hubungan-interpersonal-cinta-dan-pernikahan/
No comments:
Post a Comment