Sunday, May 3, 2015

Cinta dan Perkawinan

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta merupakan sifat baik yang mewarisi kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.
Perkawinan merupakan ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan. Perkawinan diresmikan dengan upacara pernikahan. Tujuan perkawinan sendiri salah satunya adalah membentuk keluarga.

A.   Memilih Pasangan     
  Memilih pasangan hidup tak dapat dihindarkan dari usaha diri sendiri. Terlalu banyak tipe akan berpeluang untuk menyulitkan diri kita sendiri. Beberapa orang menyatakan bahwa kemapanan yang dinomor satu kan dalam memilih pasangan. Tapi, apa salahnya apabila kita membantu pasangan yang kita pilih untuk mencapai kemapanannya? Istilahnya, kita tak hanya langsung menikmati apa yang telah di dapatkan pasangan kita. Namun, kita juga ikut merasakan bagaimana usahanya meraih sukses. Selain itu, kita pun juga harus berusaha menjadi pribadi yang baik dengan tujuan akan mendapatkan pendamping yang baik pula. Memilih pasangan hidup bukan merupakan hal yang mudah. Masih banyak orang yang merasa tidak cocok ketika akan memilih pasangan hidupnya. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama dan yang terakhir.

B.    Hubungan dalam Perkawinan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, merupakan seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Perubahan dari satu tahap ke tahap selanjutnya memang tidak terjadi secara mencolok dan tak ada batasan waktu. 

Tahap 1 : 
Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.

Tahap 2 : 
Dissapointment or Distress. Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.

Tahap 3 
Knowledge and Awareness. Pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi.

Tahap 4 
Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.

Tahap 5 :  
Real Love.  Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” kata Dawn.

C.   Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Hubungan yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja berupa hubungan yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan persepsi pada pasangan, hubungan mereka akan dilengkapi oleh hal-hal yang dapat memicu konflik. Dengan kondisi yang terlalu banyak menimbulkan konflik, disitulah kekuatan perkawinan di uji. Pada dasarnya, dalam sebuah perkawinan sangat dibutuhkan penyesuaian diri yang baik adri diri seseornag terhadap lingkungannya. Kita tidak dapat menuntut atau hanya menunggu perubahan pada pasangan. Melainkan, diri kita pun harus turut beradaptasi dengan adanya hubungan sakral ini.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

D.   Perceraian dan Pernikahan Kembali

Mengulang pernikahan atau menikah kembali setelah perceraian menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Mereka cenderung menjadi kurang percaya diri mereka dalam menjalani perkawinan yang baru karena kegagalan di masa lampau yang membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Namun di sisi lainnya, orang-orang itupun harus berusaha untuk meninggalkan sifat yang memicu adanya kesalahan yang sama dari masa lalunya demi memperjuangkan masa depan yang lebih baik.

E.    Alternatif selain Pernikahan

Melajang menjadi salah satu pilihan alternatif selain menikah. Seiring perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Alasan lainnya yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah masih ingin bebas bermain/bebas meniti karir. Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan bagi seseorang tetap hidup melajang.


Daftar Pustaka:
·                     Adhim, Mohammad Fauzil (2002), Indahnya Perkawinan Dini, Jakarta: Gema Insani Pers
·                      https://winaudina.wordpress.com/2014/06/19/tugas-ke-3-kesehatan-mental-hubungan-interpersonal-cinta-dan-pernikahan/

No comments:

Post a Comment