Teknik Terapi
Teknik
utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor
dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial
humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti
menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman
pertumbuhan simbolik (suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang
dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang
lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi).
Teknik dalam terapi ini antara lain:
Teknik dalam terapi ini antara lain:
1.
Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan
psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu
dalam perjalanan menuju aktualisasi diri. Teknik ini dipakai pada terapi orang-orang
dewasa muda yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana. Disini
terapis harus bisa membangun kepercayaan dari kliennya agar klien mampu
bercerita tanpa hambatan. Namun penyelesaian masalah akan kembali lagi pada
kliennya.
2.
Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Terapi Gestalt merupakan bentuk terapi yang
merupakan refleksi berbagai ragam pemikiran antara lain Psikoanalisis,
Reichian character analysis, Jung annalistic theory, Zen
Buddism, Taoism, filsafat eksistensialisme, psikodrama.
Asumsi dasar terapi ini adalah adanya
anggapan bahwa individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri, dan mampu melakukan perubahan untuk aktualisasi diri / pencapaian
target menjadi pribadi yang lebih baik. Pada terapi ini, peran terapis adalah
membantu klien untuk mengalami dan menyadari secara penuh atas eksistensinya
disini dan sekarang (here and now).
3.
Transactional Analysis (Eric Berne)
Transactional Analysis
Therapy atau terapi Analisis Transaksional (A. T.) Analisis
Transaksional merupakan bentuk terapi yang lebih memfokuskan pada kemampuan
individu untuk mengambil keputusan baru. Terapi ini menekankan aspek
kognitif-rasional-behavioral dalam membuat keputusan baru.
4.
Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
Menurut Albert Ellis, pada dasarnya individu
merupakan makhluk unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan
irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif,
bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu
itu menjadi tidak efektif. Hambatan psikologis atau emosional yang berlebih merupakan
akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, dimana emosi mempengaruhi
individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
5.
Existential Analysis (Rollo May, James
F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah
mengubah pola pikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih
bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, sehingga dapat mengeliminasi
perasaan tidak berarti (not being) yang biasanya muncul dalam kondisi merasa
tidak berdaya, putus asa dsb. Eksistensialis memandang proses terapi dari sudut
pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang
sedang bermasalah.
Teknik terapi yang paling disukai, yaitu Existential
Analysis, dimana konselor atau terapis
membantu klien dalam meningkatkan rasa percaya dirinya ketika berada di
lingkungan sosial dengan membantu membentuk pola pikir yang positif.
Sumber:
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3.
Jakarta: Kanisius.
Corey, Gerald. (1995). Teori dan
praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresku.
Singgih, Gunarsa. (2012). Konseling
dan Psikoterapi. Jakarta : Libri