Wednesday, April 27, 2016

Teknik Terapi Humanistik

Teknik Terapi
Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik (suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi).
Teknik dalam terapi ini antara lain:
1.      Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi diri. Teknik ini dipakai pada terapi orang-orang dewasa muda yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana. Disini terapis harus bisa membangun kepercayaan dari kliennya agar klien mampu bercerita tanpa hambatan. Namun penyelesaian masalah akan kembali lagi pada kliennya.
2.      Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Terapi Gestalt merupakan bentuk terapi yang merupakan refleksi berbagai ragam pemikiran antara lain Psikoanalisis, Reichian character analysis, Jung annalistic theory, Zen Buddism, Taoism, filsafat eksistensialisme, psikodrama.
Asumsi dasar terapi ini adalah adanya anggapan bahwa individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, dan mampu melakukan perubahan untuk aktualisasi diri / pencapaian target menjadi pribadi yang lebih baik. Pada terapi ini, peran terapis adalah membantu klien untuk mengalami dan menyadari secara penuh atas eksistensinya disini dan sekarang (here and now).
3.      Transactional Analysis (Eric Berne)
Transactional Analysis Therapy atau terapi Analisis Transaksional (A. T.) Analisis Transaksional merupakan bentuk terapi yang lebih memfokuskan pada kemampuan individu untuk mengambil keputusan baru. Terapi ini menekankan aspek kognitif-rasional-behavioral dalam membuat keputusan baru.
4.      Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
Menurut Albert Ellis, pada dasarnya individu merupakan makhluk unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Hambatan psikologis atau emosional yang berlebih merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, dimana emosi mempengaruhi individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
5.      Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah pola pikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, sehingga dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) yang biasanya muncul dalam kondisi merasa tidak berdaya, putus asa dsb. Eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah.

Teknik terapi yang paling disukai, yaitu Existential Analysis, dimana konselor atau terapis membantu klien dalam meningkatkan rasa percaya dirinya ketika berada di lingkungan sosial dengan membantu membentuk pola pikir yang positif.

Sumber:
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Jakarta: Kanisius.
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresku.

Singgih, Gunarsa. (2012). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Libri

Tuesday, April 19, 2016

Terapi Humanistik

Menurut Kartini Kartono, terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.

Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.

Dari dua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa terapi eksistensial humanistik merupakan salah satu psikoterapi yang berfokus pada realitas kehidupan manusia yang menekankan pada pengalaman manusia itu sendiri dengan usaha untuk mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin di kehidupan sosialnya.

Tujuan dari terapi humanistik sendiri adalah untuk membuat klien sadar akan eksistensinya sebagai manusia, serta menyadari potensi yang dimilikinya sehingga ia bisa membuka diri di lingkungan sosialnya.
Kelebihan terapi humanistik antara lain:
·         Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri
·         Memanusiakan manusia
·         Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.

Kelemahan terapi humanistik antara lain:
·         Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
·         Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
·         Memakan waktu lama.


Daftar Pustaka
Corey, G. 1995. Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Eresku : Bandung
Winkel, W. 1987. Bimbingan dan praktek konseling dan psikoterapi. Gramedia : Jakarta
Kartono, K., Gulo, D. 1987. Kamus psikologi. Pionir Jaya : Bandung

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Modul bimbingan dan konseling PLPG kuota 2008. Unesa : Surabaya .