A. Orientasi Kesehatan Mental
Beberapa ahli mengemukakan
orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi
tiga orientasi, yaitu :
1.
Orientasi
klasik
Orientasi ini
banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut pandangan
orientasi klasik, individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai
keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau
perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau “perasaan
tak sehat”, sehingga mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari.
2.
Orientasi
penyesuaian diri
Berdasarkan
orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental dipahami sebagai kondisi
kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan mental bukan
hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan pengaruh lingkungan
individu terhadap proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Kesehatan mental
merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian
diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian, stabilitas diri tetap
terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu yang sehat akan melihat
realitas terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya
berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil.
Individu yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal
yang ada di dalam dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik tetapi merespons
secara realistis dan berorientasi pada masalah.
3.
Orientasi
pengembangan potensi
Menurut pandangan
ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi dalam diri seorang individu
(misalnya: kreatifitas) dapat berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri atau bahkan untuk lingkungannya. Individu dianggap mencapai
taraf kesehatan mental, apabila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
potensinya scara optimal sehingga dapat dihargai oleh dirinya sendiri dan orang
lain.
B. Konsep Sehat
Definisi Sehat
Secara
umum dapat dipahami bahwa Sehat adalah kesejahteraan secara penuh (keadaan yang
sempurna) dalam berbagai aspek kehidupan. Di Indonesia sendiri, UU Kesehatan
No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif
baik secara sosial maupun ekonomis.
Sedangkan World Health Organization (WHO,
2001) menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
Bagaimana
kriteria Individu yang Sehat Mental?
Pribadi
yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang bisa
diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma & pola
kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal & intersosial yang
memuaskan (Kartono, 1989).
C. Sejarah Perkembangan Kesehatan
Mental
Gangguan kepribadian atau mental
telah muncul dalam konsep primitiveanimisme. Awalnya, gangguan kesehatan mental
di anggap sebagai gangguan roh dsb yang menguasai jiwa seseorang. Oleh karena itu para penderita
penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau diikat
erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental
terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Maka,
untuk menghindari kemarahannya, mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji)
dengan mantra dari korban yang dipersembahkan. Praktik semacam ini berlangsung
mulai dari abad 7-5 SM.
Namun, lambat laun ada usaha-usaha
kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang
terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel dari Perancis dan William Tuke dari
Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan
menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan
Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan
praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Kemudian ada Dorothea Dix yang merupakan
salah seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan yang berasal dari
Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental
dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki
kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke
Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar
pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula
memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham
Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam
beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya
perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut.
Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima
hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak
lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam
rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers
bisa sembuh.
Di dalam bukunya A Mind That
Found Itself, Beers menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara
pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan
Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat
disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program
nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode
pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan
informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human
atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk
menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi
penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha
edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan
gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para
psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf
Meyer-lah yang menyarankan agar Mental Hygiene dipopulerkan sebagai satu
gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude
Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National
Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga
akhir hayatnya.
Sumber: