Thursday, May 28, 2015

Self-Directed Changes

Self-Directed Changes atau pengarahan perubahan pribadi merupakan proses alamiah yang akan di alami oleh setiap individu. Perubahan ini dapat dipacu oleh lingkungan sekitarnya. Perkembangan pribadi yang di alami individu dapat berubah menjadi lebih baik, atau bahkan sebaliknya. Seiring berjalannya waktu, setiap orang pasti akan mengalami pendewasaan dan pematangan, baik pada aspek fisik maupun kognitifnya.

Adapun tahapan-tahapan dalam mengarahkan pribadi manusia, antara lain:

1. Meningkatkan kontrol diri

Individu memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya, namun kebebasan tersebut juga dibatasi oleh kebebasan orang lain. Oleh sebab itu, semakin besar kita akan mengalami perubahan, maka semakin besar pula pengontrolan diri yang harus kita lakukan.

2. Menetapkan tujuan

Penetapan tujuan dilakukan setelah kita sudah memantapkan diri untuk melakukan perubahan. Apa yang ingin kita capai setelah melakukan perubahan tersebut.

3. Pencatatan perilaku

Pencatatan perilaku juga menjadi aspek penting dalam perubahan yang sedang dilakukan. Pencatatan yang dimaksud, biasanya mengandung hal-hal apa saja yang telah dilakukan, serta hal-hal apalagi yang akan dilakukan setelahnya.

4. Menyaring anteseden perilaku

Menyaring anteseden berguna untuk mencatat apa saja perubahan yang telah kita lakukan, dan apa saja dampak yang telah di dapatkan setelah melakukan perubahan tersebut.

5. Menyusun konsekuensi yang efektif

Pemahaman yang baik dalam melakukan mobilitas dapat membantu individu untuk merencanakan strategi apa lagi yang akan ditempuh dalam melakukan perubahannya.

6. Menerapkan pencana  intervensi

Penyusunan konsekuensi dan proses-proses yang telah dilakukan sebelumnya, kita sudah mulai bisa mencatat keberhasilan apa saja yang telah kita dapatkan.

7. Evaluasi

Evaluasi menjadi tahap akhir dalam Self-Directed Changes ini. Tujuannya untuk menentukan apakah keberhasilan yang kita dapat sudah sesuai dengan apa yang kita harapkan atau malah keluar dari apa yang kita rencanakan.



Daftar Pustaka

Tuesday, May 26, 2015

Pekerjaan dan Waktu Luang (2)

A.Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan
Penyesuaian kerja sangat penting bagi individu untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan. Karena lingkungan bisa menjadi faktor untuk mencapai keberhasilan pada seorang individu.
Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
-Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional
-Tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
-Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi
-Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
-Mampu dalam belajar
-Menghargai pengalaman
-Bersikap realistik dan objektif.
-Penyesuaian Diri Secara Positif
Seseorang dikatakan telah berhasil menyesuaikan dirinya dengan pekerjaannya apabila terdapat kepuasan kerja. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Misalnya kesesuaian pekerjaan dan perilaku atasan.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan menurut Kreitner dan Kinichi, yaitu:
a. Pemenuhan Kebutuhan (need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkat karakteristik pekerjakaan memberikan kesempatan pada individu intuk memenuhi kebutuhannya
b. Perbedaan (discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas bila menerima manfaat diatas harapan.
c. Pencapaian nilai (value attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
d. Keadilan (equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja.
e. Komponan genetik (genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu kerja disamping karakteristik lingkungan pekerjaan.
Selain itu ada juga faktor penentu kepuasan kerja yaitu:
1) Gaji/upah
2) Kondisi kerja yang menunjang
3) Hubungan kerja
- Hubungan dengan rekan kerja
- Hubungan dengan atasan
B. Waktu Luang
Bagaimana menggunakan waktu luang secara positif?

“Waktu adalah satu-satunya modal yang dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu. – Thomas A. Edison.”

Meluangkan waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby, atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar.
Menggunakan waktu dengan bijak, maka tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada waktu yang terbuang percuma.

“Kuncinya terletak bukan pada bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda. Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. - Stephen R. Covey.”


daftar pustaka:
https://okkyyudistira.wordpress.com/2011/04/08/kerja-dan-waktu-luang/
http://repastrepost.blogspot.com/2013/06/pekerjaan-dan-waktu-luang.html
http://m.kompasiana.com/post/read/610253/3/etika-tenaga-kerja-materi-penyesuaian-diri.html
Munandar, Ashar Suyoto. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta. 2008

Saturday, May 16, 2015

Pekerjaan dan Waktu Luang

A.  MENGUBAH SIKAP TERHADAP PEKERJAAN
Seiring perkembangan zaman, sikap dan penilaian individu terhadap pekerjaan mulai berubah. Masyarakat terlalu berekspektasi tinggi terhadap pekerjaan mereka sehingga mulai meninggalkan hidup sederhana. Pada kasus hirarki kebutuhan Abraham Maslow, bekerja merupakan kebutuhan dasar manusia.
1.    Definisi Nilai Pekerjaan
Merupakan nilai dari apa yang sedang atau telah kita kerjakan. Nilai pekerjaan sendiri bergantung kepada aspek kognitif masing-masing individu terhadap pekerjaan yang dijalankan. Sekecil apapun pekerjaan yang sedang dijalankan, apabila kita menikmati dan berpikir positif bahwa apa yang sedang kita jalankan akan membawa kita kepada sesuatu yang besar dan positif, maka pemikiran yang cenderung negatif akan menghilang dengan sendirinya.
2.    Apa yang dicari orang-orang dalam bekerja?
 a.     Uang: 
Aspek utama yang dicari dalam pekerjaan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan  keluarganya. Salah satu hal yang dapat dikatakan sebagai tolak ukur mencari pekerjaan, karena semakin besar fee atau gaji yang ditawarkan besar kemungkinannya akan menarik para pencari pekerjaan untuk bekerja di perusahaan/industri tersebut.
 b.    Pengembangan diri: 
Kodrat manusia untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Individu bekerja juga dengan tujuan untuk menggali potensi diri mereka, dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka.
c.     Mencari teman/sarana bersosialisasi: 
Sebagai makhluk sosial yang harus bersosialisasi, manusia perlu bekerja juga untuk menambah teman dan koneksi sosial mereka.
d.    Kebanggaan/kehormatan diri: 
Aspek lainnya yang mendorong individu mencari pekerjaan adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Dimana mereka akan merasa bangga apabila bekerja di suatu tempat yang dianggap prestisius oleh orang lain.

Fungsi Psikologis dari Pekerjaan

Fungsi psikologis dalam bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan social yang penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang membutuhkan perasaan kalau mereka tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang berharga ketika perasaan ini kurang, mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang menjanjikan pencapaian yang lebih atau hasil yang jelas.

B.   PROSES DALAM MEMILIH PEKERJAAN

§  Tahap pertama adalah pada umur 15 - 21 tahun: 
Pada tahap ini, seseorang umumnya memilih jurusan, yang menurutnya baik dan ia suka atau karena rekomendasi orang lain atau sesuai dengan peluang kerjanya.
§  Tahap kedua adalah pada umur 22 - 29 tahun: 
Pada fase ini, orang memilih karir sesuai dengan jurusan yang ia pelajari di perguruan tingginya. Ia akan sangat menikmati dan semangat dalam menjalankan pekerjaan barunya dengan didukung suasana yang nyaman dan kondusif dengan jenjang karier yang dianggap jelas.
§  Tahap ketiga adalah pada umur 30 - 37 tahun: 
Bila seseorang sudah menekuni pekerjaannya pada tahap kedua, maka dalam tahap ini kinerjanya akan semakin bertambah dan semakin membuka peluang untuk menjajaki posisi yang lebih tinggi dari posisi sebelumnya.
§  Tahap keempat adalah pada umur 38 - 44 tahun: 
Merupakan tahapan yang dianggap kritis seiring dengan mengetatnya persaingan dunia kerja yang dimasuki oleh fresh-graduate yang kinerjanya mungkin lebih dari pekerja-pekerja lama terutama pekerja di usia ini.
§  Tahap kelima adalah pada umur 45 - 54 tahun: 
Bila seseorang dapat melewati tahap ke empat, biasanya ia akan semakin mantap di tahapan ini. Terdapat kematangan baik dalam jiwa dan dalam pekerjaan. Namun di sisi lain, orang juga akan mengalami kebosanan atau ketidaknyamanan di pekerjaan tersebut apabila salah mengambil keputusan pada tahap kelima.
§  Tahap keenam adalah umur 55 - 61 tahun: 
Orang-orang yang sukses melewati tahap ke empat dan kelima akan mengalami gairah kerja yang semakin bertambah pada fase ini. Kreatifitas muncul ide-ide baru utuk memperbaiki organisasi melintas dalam pikiran.
§  Tahap ketujuh adalah 62 - 70 tahun: 
Pada fase ini orang mulai memikirkan bagaimana meneruskan karir yang sudah dibangun atau perusahaan yang sudah dirintis dan berjalan. Ia mulai memikirkan siapa yang akan menggantikannya di kemudian hari.

C.  MEMILIH PEKERJAAN YANG COCOK
è Pekerjaan yang disesuaikan dengan kepribadian, antara lain:

ü Kepribadian Artistik
§  Karakter: kreatif, imajinasi yang tak pernah berhenti, suka mengekspresikan diri, suka bekerja tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang berkaitan dengan design/warna/kata-kata. Orang artistik merupakan pemecah masalah yang sangat hebat karena mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional.
§  Pekerjaan yang cocok: editor, grafik desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli kecantikan, model, pemain film, sutradara, interior desain.

ü Kepribadian Konvensional
§  Karakter: menyukai aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan rincian data, tertib, cenderung pendiam dan lebih hati-hati.
§  Pekerjaan yang cocok: akuntan, petugas asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis, penerjemah.

ü Kepribadian Aktif
§  Karakter: gigih, berani, suka berkompetisi, penuh semangat, pekerja keras, ekstrovet, enerjik, dan progresif.
§  Pekerjaan yang cocok: wiraswasta, direktur program, manajer.

ü Kepribadian Investigasi
§  Karakter: analitis, intelektual, ilmiah, menyukai misteri, sangat memperhatikan detail, lebih suka bekerja secara individu, menggunakan logika.
§  Pekerjaan yang cocok: analisis sistem komputer, programmer, dosen, profesor, statistik, dokter.

ü Kepribadian Realistis
§  Karakter: realistis, praktis, simpel, bekerja di luar ruangan, berorientasi pada masalah dan solusinya, suka bekerja dengan objek yang kongkrit, pekerjaan yang menggunakan alat bantu atau mesin. Pekerjaan yang cocok: tukang listrik, dokter gigi, insinyur.

ü Kepribadian Sosial
§  Karakter: suka membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, sabar, murah hati, memiliki empati, memusatkan diri dengan interaksi manusia, suka berbicara.
§  Pekerjaan yang cocok: psikolog, guru, mediator, perawat, entertainer, selebriti.

D.  WAKTU LUANG

Bagaimana menggunakan waktu luang secara positif?

“Waktu adalah satu-satunya modal yang dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu. – Thomas A. Edison.”

Meluangkan waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby, atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar.
Menggunakan waktu dengan bijak, maka tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada waktu yang terbuang percuma.

“Kuncinya terletak bukan pada bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda. Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. - Stephen R. Covey.”


daftar pustaka:

Sunday, May 3, 2015

Cinta dan Perkawinan

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta merupakan sifat baik yang mewarisi kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.
Perkawinan merupakan ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan. Perkawinan diresmikan dengan upacara pernikahan. Tujuan perkawinan sendiri salah satunya adalah membentuk keluarga.

A.   Memilih Pasangan     
  Memilih pasangan hidup tak dapat dihindarkan dari usaha diri sendiri. Terlalu banyak tipe akan berpeluang untuk menyulitkan diri kita sendiri. Beberapa orang menyatakan bahwa kemapanan yang dinomor satu kan dalam memilih pasangan. Tapi, apa salahnya apabila kita membantu pasangan yang kita pilih untuk mencapai kemapanannya? Istilahnya, kita tak hanya langsung menikmati apa yang telah di dapatkan pasangan kita. Namun, kita juga ikut merasakan bagaimana usahanya meraih sukses. Selain itu, kita pun juga harus berusaha menjadi pribadi yang baik dengan tujuan akan mendapatkan pendamping yang baik pula. Memilih pasangan hidup bukan merupakan hal yang mudah. Masih banyak orang yang merasa tidak cocok ketika akan memilih pasangan hidupnya. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama dan yang terakhir.

B.    Hubungan dalam Perkawinan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, merupakan seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Perubahan dari satu tahap ke tahap selanjutnya memang tidak terjadi secara mencolok dan tak ada batasan waktu. 

Tahap 1 : 
Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.

Tahap 2 : 
Dissapointment or Distress. Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.

Tahap 3 
Knowledge and Awareness. Pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi.

Tahap 4 
Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.

Tahap 5 :  
Real Love.  Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” kata Dawn.

C.   Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Hubungan yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja berupa hubungan yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan persepsi pada pasangan, hubungan mereka akan dilengkapi oleh hal-hal yang dapat memicu konflik. Dengan kondisi yang terlalu banyak menimbulkan konflik, disitulah kekuatan perkawinan di uji. Pada dasarnya, dalam sebuah perkawinan sangat dibutuhkan penyesuaian diri yang baik adri diri seseornag terhadap lingkungannya. Kita tidak dapat menuntut atau hanya menunggu perubahan pada pasangan. Melainkan, diri kita pun harus turut beradaptasi dengan adanya hubungan sakral ini.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

D.   Perceraian dan Pernikahan Kembali

Mengulang pernikahan atau menikah kembali setelah perceraian menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Mereka cenderung menjadi kurang percaya diri mereka dalam menjalani perkawinan yang baru karena kegagalan di masa lampau yang membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Namun di sisi lainnya, orang-orang itupun harus berusaha untuk meninggalkan sifat yang memicu adanya kesalahan yang sama dari masa lalunya demi memperjuangkan masa depan yang lebih baik.

E.    Alternatif selain Pernikahan

Melajang menjadi salah satu pilihan alternatif selain menikah. Seiring perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Alasan lainnya yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah masih ingin bebas bermain/bebas meniti karir. Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan bagi seseorang tetap hidup melajang.


Daftar Pustaka:
·                     Adhim, Mohammad Fauzil (2002), Indahnya Perkawinan Dini, Jakarta: Gema Insani Pers
·                      https://winaudina.wordpress.com/2014/06/19/tugas-ke-3-kesehatan-mental-hubungan-interpersonal-cinta-dan-pernikahan/