Friday, March 6, 2015

Pengantar Kesehatan Mental

A. Orientasi Kesehatan Mental
Beberapa ahli mengemukakan orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi tiga orientasi, yaitu :
1.      Orientasi klasik
Orientasi ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut pandangan orientasi klasik, individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau “perasaan tak sehat”, sehingga mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari.
2.      Orientasi penyesuaian diri
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental dipahami sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan pengaruh lingkungan individu terhadap proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian, stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu yang sehat akan melihat realitas terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil. Individu yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal yang ada di dalam dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik tetapi merespons secara realistis dan berorientasi pada masalah.
3.      Orientasi pengembangan potensi
Menurut pandangan ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi dalam diri seorang individu (misalnya: kreatifitas) dapat berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi dirinya sendiri atau bahkan untuk lingkungannya. Individu dianggap mencapai taraf kesehatan mental, apabila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensinya scara optimal sehingga dapat dihargai oleh dirinya sendiri dan orang lain.

B. Konsep Sehat
Definisi Sehat
Secara umum dapat dipahami bahwa Sehat adalah kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) dalam berbagai aspek kehidupan. Di Indonesia sendiri, UU Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis.
Sedangkan World Health Organization (WHO, 2001) menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.

Bagaimana kriteria Individu yang Sehat Mental?
Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989).

C. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitiveanimisme. Awalnya, gangguan kesehatan mental di anggap sebagai gangguan roh dsb yang menguasai jiwa seseorang. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Maka, untuk menghindari kemarahannya, mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban yang dipersembahkan. Praktik semacam ini berlangsung mulai dari abad 7-5 SM.

Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel dari Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.

Kemudian ada Dorothea Dix yang merupakan salah seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan yang berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.

Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.

Di dalam bukunya A Mind That Found Itself, Beers menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:

1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.


William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar Mental Hygiene dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.


Sumber:

No comments:

Post a Comment